Ketika Setan Membentangkan Sajadah ~ My Passion

09 Oktober 2008

Ketika Setan Membentangkan Sajadah

Sebuah fenomena yang saat ini terjadi di tengah masyarakat (muslim) kita ketika menjalankan sholat berjamaah di masjid. Ada berbagai aksesoris dengan nilai yang berbeda-beda. Mulai dari pakaian yang dikenakan,tasbih yang diputar,peci yang dipakai,dan sajadah yang dibentangkan untuk bersujud,dengan harga dan ukuran yang bertingkat. Dari yang murah sampai yang paling mahal. Semoga cerita ini mampu membuka pikiran dan mata hati kita,bahwa setan selalu punya cara menggoda manusia. Dia mampu menyusup di mana saja dan kapan saja, lalu akhirnya melekat di dalamnya. Bahkan di tempat dan kondisi yang tidak dapat kita duga sebelumnya. Seperti yang tersaji dalam cerita berikut ini.

Siang menjelang zuhur. Salah satu Iblis ada di Masjid. Kebetulan hari itu hari Jumat, saat berkumpulnya orang yang ingin menjalankan ibadah sholat Jumat. Iblis sudah ada di dalam Masjid. Ia nampak begitu khusyuk.

Orang mulai berdatangan. Iblis menjelma menjadi ratusan bentuk & masuk dari segala penjuru, melalui jendela, pintu, ventilasi atau masuk melalui lubang pembuangan air. Pada setiap orang, Iblis juga masuk melalui telinga, ke dalam saraf mata, ke dalam urat nadi, lalu menggerakkan denyut jantung setiap para jemaah yang hadir. Iblis juga melekat di setiap sejadah.

“Hai, Blis!“, Kiyai berseru, ketika baru masuk ke Masjid itu.

Iblis merasa terusik : “Kau kerjakan saja tugasmu, Kiyai. Tidak perlu kau melarang saya. Ini hak saya untuk mengganggu setiap orang dalam Masjid ini!“, jawab Iblis marah.

“Ini rumah Tuhan, Iblis! Tempat yang suci, kalau kau mahu mengganggu, kau lakukan diluar nanti!“, Kiyai coba mengusir.

“Kiyai, hari ini, adalah hari uji coba sistem baru“.

Kiyai termangu.

“Saya sedang menerapkan cara baru, untuk menjerat kaummu”

“Dengan apa?” tanya Kiyai.

“Dengan sajadah!” jawab Iblis

“Apa yang dapat kau lakukan dengan sajadah, Blis?”

“Pertama, saya akan masuk ke setiap pemilik saham industri sajadah. Mereka akan saya jebak dengan mimpi untung besar. Sehingga, mereka akan tega memeras buruh untuk bekerja dengan upah yang sedikit, demi keuntungan besar!”

“Ah, itu kan memang cara lama yang sering kau pakai. Tidak ada yang baru, Blis?”

“Bukan itu saja Kiyai…” tukas Iblis.

“Lalu?” Jawab Kiyai.

Iblis menjawab, “Saya juga akan masuk pada setiap designer sajadah. Saya akan menumbuhkan gagasan, agar para designer itu membuat sajadah yang lebar-lebar”

“Untuk apa?” tukas Kiai.

“Supaya, saya lebih berpeluang untuk menanamkan rasa egois di setiap kaum yang Kau pimpin, Kiyai! Selain itu, Saya akan lebih leluasa, masuk dalam barisan sholat. Dengan sajadah yang lebar maka barisan shaf akan renggang. Dan saya ada dalam kerenganggan itu. Di situ Saya dapat ikut membentangkan sajadah“. jawab Iblis dengan yakin.

Dialog Iblis dan Kiyai terputus seketika.

Dua orang datang, dan keduanya membentangkan sajadah. Keduanya berdampingan. Salah seorang memiliki sajadah yang lebar. Sementara yang seorang lagi, sajadahnya lebih kecil.

Orang yang punya sajadah lebar tanpa melihat kiri kanan terus saja membentangkan sajadahnya. Sementara, orang yang mempunyai sajadah lebih kecil, tidak enak hati jika harus mendesak jamaah lain yang sudah terlebih dahulu datang.

Tanpa berfikir panjang, pemilik sejadah kecil membentangkan saja sajadahnya, sehingga sebagian sajadah yang lebar tertutup sepertiganya. Kemudian keduanya melakukan sholat sunnah.

“Nah, lihat itu Kiyai!“, Iblis memulai dialog lagi.

“Yang mana?” Kiyai menjawab.

“Ada dua orang yang sedang sholat sunnah itu. Mereka mempunyai sajadah yang berbeda ukuran. Lihat sekarang, aku akan masuk diantara mereka“. Seru Iblis yang kemudian lenyap.

Ia sudah masuk ke dalam barisan shaf. Kiyai hanya memperhatikan kedua orang yang sedang melakukan sholat sunnah. Kiyai akan melihat kebenaran rencana yang dikatakan Iblis sebelumnya.

Pemilik sajadah lebar, rukuk. Kemudian sujud. Tetapi, sambil bangun dari sujud, dia membuka sajadahya yang tertindih, lalu meletakkan sajadahnya di atas sajadah yang kecil.

Hingga sajadah yang kecil kembali berada di bawahnya.

Dia kemudian berdiri. Sementara, pemilik sajadah yang lebih kecil, melakukan hal yang serupa.

Dia juga membuka sajadahnya, karena sajadahnya ditindih oleh sajadah yang lebar.

Keadaan ini berjalan sampai akhir sholat. Bahkan, pada ketika sholat wajib juga, kejadian-kejadian seperti ini beberapa kali terihat di beberapa masjid. Orang lebih memilih menjadi di atas, daripada menerima di bawah. Di atas sajadah, orang sudah berebut kekuasaan atas lainnya.

Siapa yang memiliki sajadah lebar, maka, ia akan meletakkan sajadahnya diatas sajadah yang kecil.

Sajadah sudah dijadikan Iblis sebagai perbedaan kelas. Pemilik sajadah lebar, diindentikkkan sebagai para pemilik kekayaan, yang setiap saat harus lebih di atas dari pada yang lain.

Dan pemilik sajadah kecil, adalah kelas bawahan yang setiap saat akan selalu menjadi subordinat dari orang yang berkuasa. Di atas sajadah, Iblis telah mengajari orang supaya selalu menguasai orang lain.

“Astaghfirullahal adziiiim“, ujar sang Kiyai perlahan.


Your cOmment"s Here! Hover Your cUrsOr to leave a cOmment.