26 Desember 2007

Idul Adha, Mengapa Beda Antara Arab Saudi Dengan Indonesia ?

Perbedaan adalah sebuah keniscayaan dalam kehidupan ini. Ada baik ada buruk,ada kanan ada kiri,ada gelap ada terang. Tapi semuanya saling terkait dan saling terikat,semacam penyeimbang. Perbedaan itupun tidak perlu diangkat menjadi sebuah permasalah serius. Tapi ada sebuah perbedaan yang dalam beberapa tahun terakhir terjadi diantara penduduk di Indonesia,yaitu perbedaan dalam merayakan hari raya Islam baik idul fitri maupun idul adha. Kasus yang diangkat dalam tulisan ini adalah mengenai perbedaan antara idul adha di Arab Saudi dan di Indonesia sehubungan dengan pelaksanaan puasa arafah dan pelaksanaan sholat idul adha. Saya mengambil tulisan dari Pak Thomas Djamaluddin,Staf Peneliti Bidang Matahari dan Lingkungan Antariksa, LAPAN, Bandung. Kasus yang terjadi pada tahun 1421 H ,tapi masih tetap relevan dan signifikan ( meminjam istilah dari Jarwo Kuat,wapres Republik Mimpi) untuk dijadikan bahan telaahan. Semoga dapat diambil pelajaran...

Arab Saudi mengumumkan hari wukuf jatuh pada 16 April 1997. Dengan demikian Idul Adha di sana jatuh pada 17 April 1997 (Republika, 10/4). Sedangkan Departemen Agama RI, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapura mengumumkan Idul Adha jatuh pada 18 April (Republika, 12/4).

Perbedaan serupa pernah terjadi tahun 1411 H/1991. Idul Adha di Indonesia dan di Arab Saudi berbeda hari. Pada tahun 1991 wukuf di Arafah terjadi pada 21 Juni 1991 dan Idul Adha di Arab Saudi jatuh pada 22 Juni 1991. Sedangkan di Indonesia Idul Adha jatuh pada 23 Juni 1991.

Banyak orang bingung waktu itu. Bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di beberapa negara Asia bagian timur. Ada juga yang mengecam perbedaan itu seolah-olah tidak berdasar. Bahkan ada tokoh yang mempertanyakan perbedaan itu, mengapa Indonesia yang letaknya lebih ke timur ketimbang Arab Saudi beridul adha belakangan. Ada yang bertanya-tanya mengapa perbedaan waktu yang hanya empat jam antara Arab Saudi dan Indonesia bisa menyebabkan perbedaan hari raya.

Ada dua aspek yang terkait dengan perbedaan itu yang perlu dijelaskan: aspek astronomis penentuan awal bulan Dzulhijjah dan aspek syariah yang berkaitan dengan puasa hari Arafah. Aspek kedua yang mungkin paling merisaukan banyak orang. Bila kita di Indonesia berpuasa hari Arafah 9 Dzulhijjah pada 17 April sementara kita mendengar hari itu di Arab Saudi sudah Idul Adha, mungkin ada bimbang. Berpuasa pada hari raya adalah haram. Lalu haramkah berpuasa pada 17 April itu?

Sebenarnya keduanya bukan masalah bila kita mengetahui duduk soalnya.
Garis Tanggal

Terjadinya perbedaan hari Idul Adha antara Indonesia dan Arab Saudi beralasan secara astronomis. Perhitungan astronomi menyatakan ijtimak awal Dzulhijjah 1417 terjadi pada 7 April 1997 pukul 11:04 UT atau pukul 14:04 waktu Arab Saudi, pukul 18:04 WIB. Dengan demikian di Arab Saudi ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam (ijtima' qablal ghurub) sedangkan di sebagian besar Indonesia saat itu matahari sudah terbenam. Berdasarkan saat ijtimak itu saja dapat difahami bahwa masuknya awal Dzulhijjah di Arab Saudi lebih dahulu daripada di Indonesia.

Pada tanggal 7 April, di Mekkah matahari terbenam pukul 18:38 sedangkan bulan terbenam lebih lambat lagi, pukul 18:45. Walaupun secara astronomis itu masih di bawah kriteria visibilitas hilal, tetapi itu menunjukkan bahwa bulan sudah wujud di atas ufuk pada saat maghrib. Sehingga 1 Dzulhijjah di Arab Saudi jatuh pada tanggal 8 April dan Idul Adha jatuh pada 17 April 1997.

Di Indonesia pada tanggal 7 April itu bulan terbenam lebih dahulu daripada matahari. Di Jakarta bulan terbenam pukul 17:54 dan matahari terbenam pukul 17:55. Dan di Bandung bulan terbenam pukul 17:51 dan matahari terbenam pukul 17:52. Di kawasan Indonesia tengah dan timur perbedaan waktu terbenam bulan dan matahari lebih besar lagi. Secara umum di seluruh Indonesia bulan sudah berada di bawah ufuk pada saat maghrib. Dengan demikian 1 Dzulhijjah jatuh pada 9 April dan Idul Adha jatuh pada 18 April 1997.

Untuk melihat kondisi yang lebih global, sebab perbedaan itu bisa kita lihat pada garis tanggal awal Dzulhijjah. Garis tanggal itu menyatakan daerah yang saat terbenam matahari dan bulan bersamaan. Di sebelah barat garis itu pada tanggal 7 April bulan sudah wujud di atas ufuk pada saat maghrib. Sedangkan di sebelah timurnya bulan sudah berada di bawah ufuk pada saat maghrib. Garis tanggal itu melalui pantai barat Australia, pantai barat Sumatra, India, Kazakhstan, dan Rusia bagian barat. Dengan demikian garis tanggal itu memisahkan Arab Saudi dengan Indonesia.

Bila kita gambarkan peta berdasarkan garis tanggal qamariyah (lunar date line) kita akan jelas melihat bahwa perbedaan hari Idul Adha antara Indonesia dan Arab Saudi hanya semu belaka (lihat gambar). Perbedaan itu hanya disebabkan oleh definisi tanggal syamsiah (solar calendar) yang dipisahkan oleh garis tanggal internasional yang melalui lautan pasifik.


Karena adanya garis tanggal internasional, wilayah di sebelah timur garis itu tanggalnya lebih muda daripada yang di sebelah baratnya. Idul Adha 10 Dzulhijjah di wilayah Asia Timur jatuh pada 18 April sedangkan di Amerika, Eropa, Afrika, dan Timur Tengah jatuh pada 17 April.

Pengaruh definisi garis tanggal internasional yang menyebabkan kejadian yang sama dinyatakan dengan tanggal yang berbeda sebenarnya bukan hal yang aneh. Contoh lain yang terkenal adalah catatan sejarah penyerahan Jepang kepada tentara sekutu. Kejadiannya sama, tetapi buku-buku sejarah di Asia, termasuk di Indonesia, menyebutkan tanggal 15 Agustus 1945. Sedangkan di Amerika Serikat menyebutnya penyerahan itu terjadi pada 14 Agustus 1945. Ini analog dengan perbedaan Idul Adha tersebut.

Jadi, "perbedaan" hari Idul Adha itu sebenarnya tidak berbeda secara hakiki bila dilihat menurut kalender qamariyah dengan garis tanggal qamariyah juga. Merancukan waktu ibadah yang dinyatakan menurut kalender qamariyah dengan tanggal menurut kalender syamsiah bisa menyebabkan timbul kesan seolah-olah ada perbedaan.
Menyamakan dengan Saudi?

Menghadapi kasus "perbedaan" seperti itu sering timbul pertanyaan mengapa tidak diseragamkan saja hari raya itu. Orang yang berpendapat seperti itu menghendaki bila di Arab Saudi Idul Adha tanggal 17 April mengapa di Indonesia dan belahan dunia lainnya tidak mengikutinya saja. Dengan kata lain, waktu Mekkah dijadikan sebagai acuan.

Alasannya sederhana atau disederhanakan. Bukankah Mekah tempatnya Ka'bah, kiblatnya umat Islam sedunia. Sudah sewajarnya penentuan waktu ibadah pun (seperti hari raya) mengiblat juga ke Mekah. Di sisi lain, perbedaan waktu antara Arab Saudi dan Indonesia bagian barat hanya empat jam, semestinya hari rayanya pun bisa dilaksanakan pada hari yang sama.

Sepintas pendapat itu tampak benar dan sederhana. Tetapi bila dikaji lebih mendalam hal itu tidak mempunyai landasan syar'i dan landasan ilmiahnya. Pendapat seperti itu muncul karena menghendaki keseragaman menurut tanggal syamsiah, tetapi mengabaikan tanggal qamariyah. Padahal waktu ibadah dalam Islam ditentukan menurut kalender qamariyah. Menyeragamkan Idul Adha, dalam kasus tahun ini, menjadi tanggal 17 April berarti memaksakan pelaksanaannya di Indonesia menjadi tanggal 9 Dzulhijjah, bukan 10 Dzulhijjah seperti disyariatkan.

Bagaimana dengan puasa hari Arafah? Bagi umat Islam yang tidak melaksanakan ibadah haji, pada hari Arafah itu disunahkan berpuasa. Menurut hadits Rasulullah SAW yang diceritakan Abu Qatadah r.a., puasa hari Arafah akan menghapuskan dosa selama dua tahun, tahun yang berlalu dan tahun mendatang. Oleh karenanya puasa hari Arafah ini tergolong puasa sunah yang muakad (utama) sehingga banyak orang yang melaksanakannya.

Hari Arafah adalah 9 Dzulhijjah. Di Indonesia, 9 Dzulhijjah jatuh pada 17 April. Tetapi orang akan bimbang bila berpuasa pada 17 April karena hari itu di Arab Saudi sudah Idul Adha. Menurut Nabi SAW, berpuasa pada hari raya haram hukumnya. Kalau begitu, ada yang berpendapat berpuasalah pada tanggal 16 April karena itulah hari pelaksanaan wukuf di Arafah.

Sepintas pendapat itu nampaknya benar. Kalau dikaji lebih mendalam sebenarnya pendapat itu pun keliru. Bila alasannya hanya karena beda waktu yang pendek (hanya empat jam antara waktu Arab Saudi dan WIB) untuk menyamakan harinya, hal itu pun rancu.

Apakah definisi "sama" harinya? Pengertian "sama" sangat relatif. Secara astronomi bisa berarti mengalami waktu siang secara bersamaan, dengan kata lain bila beda waktunya kurang dari 12 jam. Bila itu diterapkan dalam kasus di Hawaii yang beda waktunya dengan dengan Arab Saudi (dihitung ke arah timur) hanya 11 jam, definisi "sama" harinya malah berbeda tanggal. Tanggal 16 April di Arab Saudi berarti tanggal 15 April di Hawaii.

Lagi pula, pola pikir untuk menyamakan puasa hari Arafah di Indonesia sama dengan hari wukuf 16 April hanya terjadi bila kita tunduk pada sistem kalender syamsiah dan mengabaikan sistem kalender qamariyah yang disyariatkan.

Pada tanggal 16 April di Indonesia masih tanggal 8 Dzulhijjah, jadi bukan waktunya untuk melaksanakan puasa hari Arafah. Kalau begitu, waktu yang tepat untuk melaksanakan puasa hari Arafah di Indonesia adalah 17 April agar tidak melanggar syariat. Dan secara ilmiah hal itu pun beralasan.

Hal itu dapat dijelaskan dengan meruntut perjalanan waktu berdasarkan peredaran bumi. Bagi Muslim di Timur Tengah puasa Arafah mulai sejak fajar 16 April. Makin ke barat waktu fajar bergeser. Di Eropa Barat waktu fajar awal puasa kira-kira 3 jam sesudah di Arab Saudi. Makin ke barat lagi, di pantai barat Amerika Serikat waktu fajar awal puasa Arafah makin bergeser lagi, 11 jam setelah Arab Saudi. Di Hawaii, puasa Arafah juga masih 16 April, tetapi fajar awal puasanya sekitar 13 jam setelah Arab Saudi.

Bila diteruskan ke barat, di tengah lautan Pasifik ada garis tanggal internasional. Mau tidak mau sebutan 16 April harus diganti menjadi 17 April walaupun hanya berbeda beberapa jam dengan Hawaii. Awal puasa Arafah di Indonesia pun yang dilakukan sekitar 7 jam setelah fajar di Hawaii, dilakukan dengan sebutan tanggal yang berbeda hanya gara-gara melewati garis tanggal internasional. Di Indonesia puasa Arafah yang dilakukan pada 17 April 1997 berarti tetap tanggal 9 Dzulhijjah, sama dengan tanggal qamariyah di Arab Saudi.

Semoga tulisan tadi dapat membuka pikiran kita tentang adanya perbedaan dalam penentuan hari raya Islam, yang sampai saat ini di kalangan umat masih dijadikan sebagai sebuah dasar untuk menghukumi sebagian ormas islam di Indonesia sebagai biang keladi pemecah umat. Perbedaan bukan sebagai sebuah penghalang jalinan ikatan silaturrahim,melainkan sebagai sebuah pemanis dalam hubungan antar sesama umat manusia.







Selengkapnya......

12 Desember 2007

UJUNG GENTENG, Sebuah Perjalanan......( part 1 )


Puas!!!! Puas !!! Puas !!!! ( tapi bukan puas-nya tukul lho ).Ya, itulah ekspresi yang keluar ketika sudah sampai di Ujung Genteng. Setelah menempuh perjalanan panjang dan melelahkan dari Jakarta,mendaki bukit lewati lembah ( kayak ninja hatori aja ) akhirnya sampai juga ke tempat tujuan. Disambut hangatnya mentari sore,udara pantai yang khas,dan lambaian nyiur kelapa,kami ber-8 menginjakkan di bumi Ujung Genteng, di pesisir selatan kabupaten Sukabumi.

Motivasi utama datang ke Ujung genteng ( UG ) adalah untuk melepas penat,stress,dan rasa bosan akan suasana Jakarta. Ya, tahu sendirilah kondisi "kota tercinta " itu. Akhirnya,diputuskan pada Sabtu 8 Desember 2007 pergi ke UG. Dari Jakarta berangkat sekitar jam 9 pagi naik mobil,dengan formasi Widi ( driver tunggal ),Hardy ( sebelahnya driver ),suliswanto,Ashari,David Dabo,Mukti,Vico,dan saya sendiri. Perjalanannya sendiri sangat "menakjubkan",terutama setelah masuk ke daerah kabupaten sukabumi. Jalan yang berkelak-kelok,tipikal daerah perbukitan,merupakan sensasi tersendiri. Untungnya drivernya sangat handal karena membawa mobil sejak tahun 80an ( kata dia ).( tengkyu wid,kamu memang teman yang bisa diandalkan dalam urusan per-driver-an).Walaupun jalanan kecil,hanya cukup untuk dua mobil,laju mobil tetap kencang,dan sering bermanuver demi mendahului kendaraan yang ada di depannya.
Di tengah perjalanan, dan karena sudah waktunya makan siang, kami memutuskan untuk makan siang di Pelabuhan Ratu. Pelabuhan Ratu sebenarnya juga termasuk salah satu wisata andalan Sukabumi,selain sebagai pusat pemerintahan. Kami makan siang di salah satu rumah makan yang langsung menghadap ke laut lepas, sangat menakjubkan.


Setelah kenyang,kami balik arah menuju ke UG, melewati Kecamatan Simpenan. Jurang terhampar di pinggir jalan, agak deg-degan juga ketika melewati tikungan dan ketika mencoba mendahului, jalannya sempit bok.Tapi sekali lagi,drivernya bisa diandalkan.Sebenarnya kita juga melewati air terjun,dan terlihat dengan jelas berada di sisi jalan. Pengennya berhenti sejenak,minimal mengambil gambarnya. Namun karena kondisi jalan tidak memungkinkan,terpaksa kita hanya melewatinya. Ketika sudah melewati Surade, rasa tidak sabar semakin kuat. Apalagi ketika melihat papan penunjuk jalan tertulis, UJUNG GENTENG 12 KM,,. !!. Pucuk dicinta ulam tiba, ketika dari kejauhan sudah terlihat birunya air laut terhampar,perasaan makin tidak karuan pengen segera merasakan sejuknya air laut. Kami kemudian melewati pos masuk,sebenarnya harus bayar. Sempat memperlambat mobil,kemudian digas lagi. Artinya kami tidak membayar ketika masuk kawasan wisata UG.( Maafkan kami pak,kami janji lain kali kalau ke sana lagi akan membayar tiket masuk, sumpah dech )
And finally,sampailah kita di penginapan yang letaknya persis di pinggir pantai. Kami menyewa satu ruang yang terdiri dari 2 kamar,empat tempat tidur,satu kamar mandi,semacam ruang tamu,tempat masak,dan teras. Karena kami ber-8,ditambah lagi 4 ekstra bed. Harganya cukup murah,250 ribu rupiah,belum termasuk makannya. Setelah urusan sewa menyewa beres,kami langsung ganti pakaian dan menceburkan badan di pantai,kebetulan kondisinya pas pasang. Kalau biasanya ombak pantai selatan terkenal dengan kehebatannya,ombak di pantai tempat kami mandi tidak terlalu tinggi,hampir tidak ada malah. Sebab daerah tersebut banyak terumbu karang sehingga ombak yang datang sebelum sampai ke pantai sudah dipecah. Dan perlu dicatat,kondisi pantainya sangat bening. Kita bisa melihat dengan jelas pemandangan di bawah air dengan jelas. Sebetulnya lebih pas lagi kalau kita memakai alat buat snorkling,tapi karena tidak ada yang bawa ( lebih tepatnya tidak ada yang punya ) dan tidak tahu harus menyewa ke mana, kita mengandalkan mata telanjang untuk melihatnya. Kondisi pantai juga juga tidak ramai dan terkesan sangat sepi dari pengunjung. Hal ini dimungkinkan karena memang masih sangat sedikit orang yang tahu dan kurangnya promosi dari pemerintah setempat.
Setelah puas mandi,kami mandi di "hotel". Lalu saya dan empat orang lagi pergi ke pasar ikan'letaknya kira-kira lima menit jalan pake mobil dari penginapan. Kami membeli ikan bawal dan lobster untuk lauk makan malam.Harganya harga pabrik,karena langsung dari laut.Kita lalu menyerahkan ke yang punya penginapan untuk dimasak. Lumayan lama juga sih nunggunya,bawalnya dibakar dan lobsternya direbus.Dan, maknyuss,nikmatnya makan malam akhirnya bisa kami rasakan.
Di UG ada tempat penangkaran penyu juga ternyata. Setelah makan malam, saya,widi,sulis, david dabo,dan ashari dengan naik ojek pergi ke tempat penyu tadi. Katanya kita bisa melihat penyu yang sedang bertelur. Jalan ke tempat penyu sangat ekstrem,sangat licin dan gelap,penerangan mengandalkan lampu motor. Mungkin karena habis hujan,ditambah bukan jalan aspal alias masih tanah,jadinya y gitu dech. Kita sampai juga ke tempat penyu. Kami membayar 6 ribu rupiah,seandainya yang ikut lebih dari 5 orang kita cukup membayar 5 ribu. Lalu dengan didampingi seorang guide,kami menuju ke tempat penyu bertelur. Sayup-sayup terdengar deburan ombak. Sayangnya pas ke sampai,penyunya sudah selesai bertelur. Tp ga papa, kami masih sempat melihat seekor penyu sedang berusaha menutupi badannya dengan pasir pantai yang lembut.

Ternyata di sana sudah banyak orang yang punya tujuan sama seperti kami,ingin melihat penyu. Kalau mau menunggu, kata orang di penangkaran,kita bisa melihat penyu sedang naik ke pantai untuk bertelur. Tapi tidak ada kepastian berapa menit atau berapa jam. Seandainya kondisinya siang,pasti asyik melihat gempuran ombak menggelegar. Berhubung malam hari dan gelap, hanya mengandalkan cahaya Hp,hanya bisa mendengar suaranya. Lalu setelah merasa cukup dan foto-foto sebentar, kami kembali ke penginapan. Jarak tempuhnya sekitar 20 menit,dan untuk menikmati perjalanan malam tadi,kami mengeluarkan biaya 40 ribu rupiah per kepala,termasuk untuk biaya masuk.
Sampai di penginapan,ada yang main kartu ada yang tiduran. Lalu tengah malam,kami berjalan-jalan di tepi pantai,meikmati suasana pantai di malam hari. Ternyata airnya surut,dibandingkan kondisi pada sore harinya. Ada beberapa nelayan dengan menggunakan lampu petromaks dan alat penangkap ikan,mencari ikan di sela-sela karang. Ditambah cuaca waktu itu sangat cerah. Sungguh merupakan pengalaman yang berharga. Setelah cukup kami kembali dan tidur.




Selengkapnya......

06 Desember 2007

Lihat, Lawan,Laporkan

Semalam, Komisi III DPR RI telah memilih anggota KPK ( Komisi Pemberantasan Korupsi ) yang baru,untuk periode kepengurusan 2007-2011. Dan memilih Antasari Azhar sebagai ketua KPK,menggantikan Taufikurrahman Ruki. Ada Pro dan kontra dalam seleksi anggota KPK yang baru tersebut.

Sebagai badan yang mempunyai kewengan penuh dalam pemberantasan korupsi di Indonesia,diharapkan orang-orang yang duduk di dalamnya benar-benar orang yang "bersih " dari korupsi dan mempunyai track record yang bagus. Muncul kontroversi dari nama-nama yang muncul dalam hasil seleksi sampai akhirnya masuk ke DPR RI untuk dilakukan fit and proper test. Dalam Today's Dialogue di Metro TV, tadi malam,Ketua KPK Taufikurrahman Ruki mengatakan bahwa sejarah yang akan membuktikan apakah pilihan anggota komisi III DPR RI itu tepat atau tidak. Mengingat terpilihnya Antasari Azhar sebagai ketua KPK agak kontroversial. Sebab banyak laporan dari masyarakat tentang track record dan jejak rekamnya selama ia berkarir di Kejaksaan Agung. Sebenarnya beliau juga agak menyesalkan kenapa orang-orang mantan anggota KPK tidak ada yang terpilih lagi. Karena di KPK,dibutuhkan orang-orang yang berpengalaman dan mempunyai kemampuan dalam bidang penyidikan dan penuntutan,sesuai dengan apa yang tertulis dalam undang undang tentang KPK.
Lepas dari kontroversial yang ada, kita harus tetap memberikan apresiasi yang tinggi terhadap KPK,sebagai ujung tombak pembarantasan korupsi di negeri ini. Kita semua ingin kalau negeri ini bebas dari klaim sebagai surga para koruptor. Kita tunggu saja kerja anggota KPK yang baru,dengan segala tantangan yang ada. Sekali lagi mengutip kata Pak Ruki, Sejarah yang akan membuktikan. Kalau mereka melenceng dari tugas dan fungsinya,atau tidak mempunyai taji dalam upaya pemberantasan korupsi. leboh baik mereka turun dari gelanggang.
Korupsi, LIHAT , LAWAN , LAPORKAN !!!!!


Selengkapnya......

Hujan,Antara Berkah dan Musibah

Hujan tampaknya akan mulai mengakrabi jakarta. Sejak beberapa hari terakhir perasaan hujan terus mengguyur bumi ibu kota negara ini. Apakah berkah atau musibah ? Tergantung siapa yang mengatakannya. Kalau hujan turun di desa saya,pasti itu adalah berkah. Karena inilah yang ditunggu-tunggu para petani di sana ,termasuk bapak saya.

Tapi ada pula yang tidak suka dengan kedatangannya,misalnya saja di Jakarta. Kalau ada survey tentang pilih mana antara hujan dan tidak,mungkin banyak yang milih tidak. Tapi kita kan tidak boleh menolak rejeki dari Tuhan. Sebab tidak mungkin Tuhan menciptakan sesuatu itu sia-sia. Perkara dengan hujan menyebabkan banjir di Jakarta,itu kan karena salah orang-orangnya ( atau oknum kali ya..). Kita sendiri yang membuat banjir itu terjadi. Air kan juga butuh jalan untuk mengalir ke laut,meresap ke tanah sebagai sumber mata air. Sekarang kalau jalan ke laut tersendat dan tempat resapan air sedikit,ya mau tidak mau,suka tidak suka,kita harus menerima banjir menyapa kita. Ada pameo,jakarta itu kurang afdhol menjadi kota metropolitan kalau belum ada banjir. Tapi apakah pameo tersebut tidak bisa diubah ? PASTI BISA !!! asal ada kemauan dan kesadaran dari semua pihak tentunya. Atau kita akan tetap menjadi pelanggan setia banjir ? Kalau mau ya pola hidup sekarang tetap saja dipertahankan.
Yach,sepertinya musim penghujan kali ini,kita akan tetap deg-degan,menunggu tamu rutin datang. Persiapkan cadangan makanan secukupnya,perahu karet kalau diperlukan ( sebagai moda transportasi utama ),tempat penimbunan barang biar tidak rusak terkena air de el el ( sesuaikan dengan kondisi ekonomi anda ). Dan sembari doa tokek, banjir....tidak....banjir....tidak....banjir....tidak... OK !!!!
Itulah paradoksitas kehidupan,ada dua sisi yang saling berlawanan, suka atau tidak suka,tergantung dari mana kita melihatnya. Setiap sesuatu ada gunanya, kalau tidak bagi kita,mungkin bagi orang lain. Botol air mineral bekas bagi kita mungkin sudah menjadi sampah,tidak ada gunanya. Tapi bagi para pemulung,itu adalah surga. Sebab dari benda tersebut mereka bisa mendapatkan uang. Hujan, ada yang menganggap sebagai musibah,karena menjadi biang keladi banjir,bagi orang lain adalah berkah yang tiada terkira. Ya, itulah hidup...selalu ada yang berbeda tetapi saling terkait.
Berkah atau musibah ? tanyakan pada diri kita masing-masing. Selalu ada hikmah dibalik setiap peristiwa yang terjadi....



Selengkapnya......

Kenangan Tak Akan Pernah terbuang

Teman sejati mengerti ketika kamu berkata,"Aku lupa"! Menunggu selamanya ketika kamu berkata,"Tunggu sebentar"! Tetap tinggal ketika kamu berkata,"Tinggalkan aku sendiri"! Dan membuka pintu meskipun kamu belum mengetuknya...... Ia akan selalu ada ketika kau membutuhkan dirinya.....

Perjalanan bersama seorang sahabat sejati adalah perjalanan penuh kenangan. Saling memberi saling menerima,saling mengingatkan ketika ada yang terlupa. Dan kenangan itu tak akan pernah terbuang, selalu terngiang.Meskipun maut sudah menjadi jurang pemisah badan.
Saya sendiri mengalami hal tersebut,dan sangat berkesan,sampai sekarang dan sampai kapanpun. Saya mengenalnya ketika pertama kali masuk asrama sewaktu kelas satu sma beberapa tahun yang lalu.Selama tiga tahun, kebetulan kami ditempatkan di satu kamar terus ( satu kamar ada 4 orang ). Berangkat sekolah bersama,belajar bersama,dll. Baru setelah lulus sma,kami berpisah. Dia melanjutkan sekolah di makassar dan saya di jakarta. Tapi komunikasi masih tetap jalan,lewat telepon dan sms. Sampai akhirnya lebaran 2004,(dan saya bahkan dia tidak pernah menyangka kalau itu adalah lebaran terakhir kami bertemu ). Selama dua minggu dia dapat cuti liburan. Kami masih sempat pergi ke tempat teman-teman.
Dia kembali ke makassar dan 2 minggu kemudian dia pulang lagi,tapi jasadnya yang kembali. Saya ikut menjemput kedatangan jenazahnya di bandara. Badan terasa lemas manakala melihat pesawat terbang yang membawanya bersiap landing. Dan dia pun kembali ke pelukan tanah kelahirannya.
Kini tiga tahun berlalu,kenangan masih tersimpan. Saya ingat sebelum pulang ke makassar dia pernah menuliskan sesuatu di buku agenda. Inilah kata-kata yang ia tulis :

Terdiam aku ketika menghadap sepi
kucoba bicara padanya,bahkan dengan teriak
kukuras habis isi otakku yang penuh barang kotor
munafik,bejat , tak beradab
semenjak aku berpisah dengan gembalaku
aku menjadi liar
tanpa ada lagi yang bilang,jangan!
Tak ada lagi makian itu
telah hilang pergi gedoran pintu
tak kutemui lagi arah barat tempat dulu aku menghadap
dimana aku...?
kenapa aku jadi begini ...?
Orang bilang ini negeri pengharapan
tempat dimana keringat tak lagi diperlukan
untuk memenuhi berjuta pengharapan
bohong...semua bohong....
aku ingin kembali ke negeri
CINTA ini
Sebuah jeritan dari negeri sepi
Sebuah kebohongan dari pulau khayalan
Setitik cerita dari tawa tak bernyawa
Hembusan teriak dari tuan yang diperbudak
Secarik warisan dari kaum buangan
Luapan aspirasi jiwa kritis tak berisi
Sekelumit peninggalan
Agar kita tak pernah melupakan
Meski samudera memutus semua ikatan

Semoga damai bersamamu, dan kenangan tak akan pernah terbuang





Selengkapnya......

Andai Aku Menjadi..........

Kita,saya dan anda semua, boleh membayangkan apa saja. Andai aku menjadi seorang yang kaya,andai aku punya istri cantik,andai aku seorang aktor dan lain-lain. Namanya juga berandai-andai, terserah kita mau membayangkan akan menjadi seperti apa dan siapa.

Dan mayoritas kita pasti berandai-andai tentang hal yang mengenakkan saja. Mengapa jarang bahkan tidak ada yang berucap, andaikan aku seorang yang miskin,andaikan aku seorang yang melarat, andaikan aku seorang penjahat ?. Ada sebuah hadits yang sangat menarik dan bermakna dalam, lihatlah orang yang ada di bawahmu dan jangan melihat orang yang ada di atasmu. Alamiah memang ktk kita memilih hal yang enak saja. Tetapi itulah salah satu penyebab kita tidak sykur nikmat. Kita kadang merasa tidak puas dengan apa yang telah kita raih. Kita sering mengeluh ketika gaji kita dipotong karena merasa penghasilan kita berkurang. Tapi coba bayangkan kondisi saudara kita yang hidup di jalanan sebaai pengemis,pengamen,penjual asongan. Bayangkan itu adalah kita. Lalu masihkah kita mengeluh ?
Kita sering sebel kepada istri kita karena masakannya kurang enak. Lihat orang-orang yang mengais tong sampah dan mencari - cari sisa makanan demi perut yang keroncongan. Bayangkan orang itu adalah kita. Tidak pede dengan penampilan kita karena model baju kita tidak up to date dengan dunia fashion. Lalu apa yang ada di pikiran orang-orang yang bajunya kumuh,lusuh,penuh tambalan sana-sini? Apakah mereka berpikir tentang model pakaian yang uptodate? Coba bayangkan mereka adalah kita.
Lalu masihkan kita terus merasa diri kita kekurangan sementara masih ada yang lebih kekurangan lagi?
Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan,"sesungguhnya jika kamu bersyukur,niscaya Aku akan menambah nikmatkepadamu,tetapi jika kamu mengingkari nikmatKu maka pasti azabku sangat berat (14:7).
Andai aku menjadi......

Tuhan ,bimbing aku menjadi hamba-Mu yang ahli syukur..

Selengkapnya......