Baduy: Sebuah Perjalanan ~ My Passion

22 Agustus 2008

Baduy: Sebuah Perjalanan

Agustus ceria,ueforia kemerdekaan republik ini menggema di mana-mana. Yup, tanggal 17 bulan Agustus Indonesia merayakan 63 tahun kemerdekaannya. Saya pribadi juga sangat senang ternyata ada libur yang cukup buat jalan-jalan, kurang lebih 3 hari off dari segala rutinitas yang sangat menjemukan. Moment seperti itulah yang sangat saya inginkan, ada libur cukup dan pergi ke tempat yang bisa menenangkan hati dan pikiran. Rencana awal saya dan beberapa teman berencana naik ke gunung Salak,tapi apa lacur, karena perubahan statusnya menjadi taman nasional yang berakibat ruwetnya syarat untuk naik, kita tunda rencana tersebut. Setelah mempertimbangkan waktu,tenaga,pikiran,dan biaya, akhirnya diputuskan dalam "rapat pleno",bahwa liburan tanggal 16-18 Agustus kita akan pergi ke Baduy, di desa Kanekes,Ciboleger,Lebak,Banten.


Setelah melalui rapat-rapat melalui email, disepakati bahwa pada hari Sabtu tgl 16 Agustus 2008 kami berangkat ke tujuan. Rencana awal titik pemberangkatan adalah di Stasiun Kota. Ini setelah melihat jadwal KA di internet. Saya tiba di stasiun Kota dan ketemu rombongan Panbar(Pancoran barat), Cupezz,Muktee,Ashari dan Vico. Lalu kami dibuat terkejut karena ternyata keretanya sudah berangkat jam 7 dan ada lagi jam 11 an siang. Waduh gimana ini ?Masak bisa begitu sich ? Setelah melihat jadwal yang terpampang di samping loket, kami langsung merubah haluan,titik pemberangkatan dialihkan ke Stasiun Tanah Abang karena ada kereta yang berangkat jam 9. Setelah nelpon rombongan dari Rancho ( udin dan danang masih di dalam kereta menuju Kota) untuk memberitahukan kalo pindah ke TA,dengan naik taksi kami menuju ke TA. Sebenarnya berangkat jam 11 juga bisa, tapi tidak menjamin bisa berangkat ke Ciboleger pada hari itu juga. Mengingat angkutan ke sana sangat jarang,belum lagi nanti harus belanja keperluan kami selama menginap di Baduy yang memang direncanakan akan dibeli di pasar Rangkasbitung.

Sesampainya di sana langsung beli tiket sebanyak 7 ke Rangkasbitung, harga tiketnya sih angkanya tertera Rp.2000,tapi dihitung 2500. Never mind-lah,yang penting sampai. Sebenarnya ada kereta yang berangkat jam 8.20,tapi Udin sama Danang baru sampai di Kota. Dengan telp,kami instruksikan agar mereka berdua ke TA nya naik taksi saja, 15 rebu doank,biar bisa ngejar yang jam 9.10. Tapi apa di kata,sampai ada pengumuman bahwa kereta yang jam 9 akan berangkat,dua manusia itu belum datang juga. Shhhhh, ya sudahlah masih ada kereta lagi jam 10.10. Beberapa menit setelah kereta berlalu, barulah dua orang itu datang sambil celingak-celinguk mencari posisi kami. Oh,iya sebagai pemberi tahuan saja. Ini adalah perjalanan ke Baduy yang ke-2 bagi saya dan Ashari. Jadi bisa dikatakan deja vu sama baduy. Sebelumnya pada bulan Feruari lalu,kami berdua sudah berkunjung ke sana walaupun hanya sampai Baduy luar. Mau ke Baduy dalam tidak bisa karena disamping waktunya yang tidak mencukupi,pas itu warga baduy dalam sedang tidak dalam kondisi terbuka bagi setiap tamu karena sedang melaksanakan ritual Kawalu,yaitu melakukan ibadah puasa selama tiga bulan. Nah,dalam perjalanan kali ini kami akan mencoba masuk ke kawasan Baduy dalam. Sekedar memenuhi keinginan kami saja.

Akhirnya datang juga, kereta yang akan membawa kami menuju ke Rangkasbitung seiring dengan suara sirine dan sahutan merdu suara seorang bapak pegawai PT KAI. Dengan nada khasnya si bapak memberitahukan bahwa kereta ekonomi jurusan Jakarta - Rangkasbitung yang berhenti di setiap stasiun akan diberangkatkan dan meminta kepada semua penumpang untuk segera naik. Kami pun naik dan berjalan mencari gerbong yang bisa untuk duduk mengingat perjalanan yang agak lumayan, sekitar 2,5 jam. Dasar dunia,ada saja manusia yang berniat jahat. Di tengah desakan dan ramainya orang di dalam kereta, ada tangan jahil yang menggerayangi dompet di saku kanan jeans yang saya pakai. Kebetulan waktu itu saya naruh handphone di saku depan kiri dan dompet di saku kanan depan. Di lorong sambungan gerbong, ada orang dari samping dan dari depan yang menghalangi jalan,otomatis jalan saya ke depan agak terhambat. Reflek, kedua tangan saya memegang kedua saku celana saya melihat kondisi seperti itu. Dan benar saja,pas saya pegang ternyata ada sebuah tangan manusia jahat yang sudah merogoh dan menarik dompet kesayangan. Mana di situ ada duit iuran anak-anak,duit saya sendiri,dan yang paling penting identitas diri macam KTP,SIM C dan SIM A ( khusus SIM A , baru dibuat dan belum pernah dilihatin ke pak polisi ). Ternyata Tuhan masih melindungiku.. Pencopet itu juga beruntung,tangannya bisa lepas dari saku celana. Kalo ga, mungkin sudah bonyok dikeroyok orang satu stasiun. Ini mungkin jadi pelajaran bagi saya pribadi dan kawan yang membaca tulisan saya ini untuk selalu waspada di tempat keramaian dan tidak membawa barang terlalu mencolok dan menyilaukan mata para pencopet. Ini juga menjadi pengalaman saya yang pertama berinteraksi dengan copet dan semoga menjadi yang terakhir. Nggak lagi-lagi dech.

Setelah kejadian itu,kami menemukan tempat duduk. Berdoa semoga perjalanan yang kami lakukan lancar dan tidak ada halangan sesuatu apapun. Baduy, kami datang mengunjungimu ( lagi,bagi saya dan Ari ). Seiring dengan laju kereta kelas ekonomi menyusuri rel,dalam hati saya terucap,"Selamat tinggal Jakarta". Dua hari lagi kami akan kembali !


Your cOmment"s Here! Hover Your cUrsOr to leave a cOmment.