Baduy Dalam:Pak Tua yang Marah dan Tanjakan Muntah ~ My Passion

22 Agustus 2008

Baduy Dalam:Pak Tua yang Marah dan Tanjakan Muntah

Wrrrr...rrrrr, udara dingin membangunkan saya di pagi yang belum sempurna. Pukul 4 pagi. Suara kokok ayam terus berbunyi memberitahukan bahwa malam sudah berlalu. Awalnya saya dan teman-teman berpikir,ini alarm hp siapa ya? Ternyata baruh ngeh,itu suara ayam betulan. Rasa malas membekap tubuh yang masih ingin tetap terbaring. Tapi si Cupez mengajak ke sungai,kebetulan saya juga ingin segera mengeluarkan sesuatu yang mengganjal di dalam perut. Panggilan alam telah datang. Akhirnya semua bangun dan ikut ke sungai, segera saya cari posisi strategis untuk jongkok. Untungnya masih gelap jadi tidak malu kalo dilihat orang. Setelah menemukan posisi yang tepat, akhirnya "bret........t.tttttttttttttttttt....". Alhamdulillah, lega rasanya.

Setelah beres,kami kembali ke rumah dan menunaikan sholat Subuh. Inginnya sih tidur lagi,tapi si Udin,Muktee,dan Cupezz ngajak foto-foto. Dengan kamera saku yang lampu blitznya sudah mati,saya ikut saja. Objeknya di sekitar jembatan bambu. Pret....pret... sudah mulai acara foto-fotonya sampai akhirnya ada pak tua yang menghampiriku. Kirain mau apa, ternyata eh ternyata..marah - marah!!!. Dalam bahasa sunda si bapak ini berujar,"esuk-esuk jeprat-jepret,baralik kaditu". Aku yang tidak begitu paham bahasanya cuma bisa bilang, maaf,maaf,dan maaf. Sambil menuju ke anak-anak. Kami balik ke rumah,dia nyegat di gang samping rumah sambil mengucap kata yang sama dengan mimik muka orang yang sedang marah besar. Kami cuma bisa bilang maaf,maaf,dan maaf untuk kedua kalinya. Busyet, padahal perasaan pas tidur tidak mimpi apa-apa lho.

Sampai di rumah,kami memperbincangkan masalah itu dengan teman-teman sambil mencari tahu kira-kira apa sih yang membuat pak tua itu marah. E ,,lagi ngomong,si bapak datang lagi dan sekali lagi mengucap kata yang sama.Berarti itu untuk yang ketiga kalinya. Ashari yang menguasai bahasa sunda datang dan berucap ,"punten pak,moal sekali-kali deui",sambil si bapak pergi. Mau ga mau,kami lapor ke pak Idik dan ternyata memang bapak tadi tidak suka bila orang mengambil foto di sekitar rumahnya. Lain kali kalo mau foto,waktunya jangan pagi-pagi. Uh, baru tahu kita.

Anyway, setelah sarapan pagi ( lagi-lagi dengan lauk yang sama),kami dengan pak masud sebagai penunjuk jalan berangkat menuju baduy dalam. Katanya sih sekitar 3 jam-an gitu. Ditambah medan yang tidak semakin ringan malah lebih keras lagi dan dijamin membuat lelah badan. Tanjakannya bo', membuat keringat tak henti-hentinya menetes. Si Muktee sudah mulai mengeluh,capek dan pengen balik turun. Sampai akhirnya ketika sedang beristirahat di ujung tanjakan,dia muntah!!! Gawat nih,hampir semua hasil sarapannya sukses keluar dari perutnya. Putus asa,sambil mata memandang kosong ke depan,diselingi dengan ledekan anak-anak, jadilah penderitaannya menjadi klop. Dia pengen turun!! Siapa yang mau nganter ? Cupez dengan gagah berani menawarkan dirinya untuk menemani muktee turun,balik ke gajeboh. Terjadi tarik ulur dan perang batin yang dahsat,antara balik atau terus naik. Ditambah ancaman dari si udin untuk mendelete kedua nama itu dari contact list-nya. Sampai akhirnya,kata itu terucap."Aku ikut naik",kata si Muktee. Hore...........

Ternyata setelah peristiwa muntah muktee tadi dikonfirmasi ke pak idik,memang di tempat itu sering terjadi orang atau tamu yang muntah ketika pengen ke baduy dalam. Ga ngerti apa sebabnya soalnya belum ada penelitian secara medis. Apakah pengaruh ketinggian atau faktor yang lain. Jadilah akhirnya oleh kami,nama tanjakan itu diberi nama dengan sebutan "Tanjakan Muntah".

Finally,kami semua sampai di kampung Cibeyo,satu dari tiga kampung tempat orang baduy dalam tinggal. Di sini kami melihat ada perbedaan yang cukup menonjol antara badui dalam dan badui luar. Dari cara berpakaian sudah terlihat perbedaan. Orang baduy luar umumnya sudah memakai bawahan model celana pendek,kadang pakai kaos oblong atau baju. Tapi orang baduy dalam selalu memakai ikat kepala warna putih,bawahan hanya kain yang dililitkan seperti sarung sebatas lutut yang disebut samping. Atasannya adalah pakaian yang warnanya polos hitam atau putih bagi laki-laki,dan putih bagi yang perempuan. Sedangkan bentuk rumah,kalau di badui luar ada semacam teras,memakai paku. Di badui dalam,rumahnya tidak ada terasnya hanya.Kemudian tidak ada paku sebagai penguat diantara pilar-pilarnya,hanya memakai pasak atau diikat dengan rotan. Sayang sekali,di sini tidak diperbolehkan mengambil gambar. Beda dengan orang baduy luar yang masih mengizinkan untuk mengambil gambar ( kecuali si bapak tua yang marah itu ).Orang baduy dalam juga terkenal sebagai pejalan kaki yang tangguh. Kalau mereka bepergian selalu berjalan kaki karen tidak diperbolehkan naik kendaraan. Mereka kalo ke Jakarta memakan waktu 2 hari perjalanan. Pernah juga ada yang sampai Bandung dengan waktu tempuh 5 hari. Lain dengan baduy luar,mereka boleh naik kendaraan kalo mau bepergian.( Kalo saya mending naik pesawat dari pada jalan kaki )
Di badui dalam,kami bertemu dengan pak Nalim. Tak lupa kami mencari pernak-pernik dan aksesori buatan badui,seperti gelang,cincin,gantungan kunci dll. Pak nalim lalu menawarkan kepada kami untuk istirahat di rumahnya sambil dia membuat gelang yang langsung dipasang di tangan. Ternyata tidak ada kamar untuk tidur,seperti rumah pak idik. Yang ada hanya satu ruangan itupun untuk dapur dan ruang untuk tidur.Kalo misalnya kita nginap di situ,pastinya kita tidurnya satu ruang sama tuan rumahnya. Sambil menikmati manisnya gula aren,saya melihat kelihaian tangan pak nalim membuat gelang di tangan ari.Sayang pak nalim harus segera ronda jadi saya tidak ikut dibuatkan gelang. Yah...

Setelah cukup dan takut kehujanan di jalan,kami lalu kembali ke gajeboh. Puas karena rasa ingin tahu tentang badui dalam sudah terpenuhi.Kami mampir di Cipelar dan singgah di warung. Karena sangat haus,minuman sejenis rootbeer sebanyak setengah dus habis kali lahap. Sebagai pengganjal lapar,kami makan indomei kering. Nikmatnya. Selesai beristirahat kami meneruskan perjalanan. Tak terasa kami sudah sampai lagi ke gajeboh.Karena pak idik tidak ada,kami lalu menuju ke warung,cari makan dan minum. Ajip..............

Malamnya kami ngobrol banyak hal dengan pak idik tentang baduy dan hal-hal yang melingkupinya.Tak lupa juga curhat tentang sandal yang hilang pas malam pertama. Sambil klekaran,melawan kantuk yang mulai melancarkan serangan sporadisnya,mendengarkan uraian dari pak idik. Bak seorang dosen memberi mata kuliah kepada para mahasiswanya. Sampai akhirnya kami memutuskan untuk segera menyambut panggilan dewi malam yang sudah bersiap memeluk tubuh lelah kami dengan mimpinya. Dan mimpi itu benar-benar ada.


Your cOmment"s Here! Hover Your cUrsOr to leave a cOmment.