Setiap manusia memang akan mati
Tak kenal muda tak kenal tua
Sebab sakit atau tidak
Kalo waktunya mati ya mati saja
Tapi tak pernah aku menyangka
Aku akan mati dengan cara seperti ini
Setiap berdoa aku ingin mati dengan khusnul khotimah
Mati dengan cara yang normal, lembut dan tidak menyakitkan
Bukan mati karena terinjak-injak,berdesak-desakan
Bukan mati karena dipaksa
Tahukah kau rasanya mati seperti aku ?
Sakit!!!
Tapi
Demi nafas yang terus ingin aku sambung
Demi perut lapar yang menanti kenyang
Demi redanya tangis anak dan cucu di rumah
Demi tigapuluh ribu rupiah yang sudah menanti
Aku rela mengantri
Namun karena itu pulalah aku mati
Ya, demi tigapuluh ribu aku mati
Itulah harga nyawaku
Pertanyaannya adalah mengapa aku yang harus mati
Kenapa tidak koruptor saja yang mati ?
Aku tidak pernah membuat orang susah
Apalagi merusak tatanan negara
Aku hanya orang yang selalu tetap berusaha tersenyum
Meski cap miskin dan tidak mampu melekat di badanku
Demi tigapuluh ribu aku mati
Ironis,tragis,miris
_______________________________________________________________________
Tulisan di atas adalah gambaran perasaan tentang peristiwa yang terjadi di pasuruan kemarin. Total 21 nyawa melayang sia-sia, mati terinjak dan kehabisan nafas. Perasaan suka cita karena akan menerima pembagian zakat secara langsung dari sang dermawan berubah menjadi duka. Semakin trenyuh mengingat kejadian itu berlangsung di bulan Ramadhan dan 2 minggu kemudian Idul fitri.
Sebenarnya peristiwa seperti itu tidak perlu terjadi jika saja niat yang tulus diiringi dengan cara yang baik dan benar dalam pelaksanaannya. Cara penyampaian zakat secara langsung dengan mendatangkan penerima zakat adalah cara yang tradisional primitif, dan sederhana. Langkah yang bijak adalah dengan menyalurkannya ke lembaga amil zakat yang resmi sehingga lebih profesional, pembagiannya pun lebih merata. Kalaupun ingin meyampaikan secara langsung hendaklah ia yang mendatangi penerima zakat ,door to door. Saya masih ingat ketika waktu kecil dulu diajak nenek keliling kampung membagi gabah hasil panen ke orang-orang yang kurang beruntung. Orang jaman dulu kan belum mengenal apa itu lembaga amil zakat. Jadi mereka datang langsung ke rumah orang yang ingin diberi zakat.
Apa yang terjadi di Pasuruan adalah karena memakai sistem yang tradisional tadi. Bedanya dia tidak mendatangi orang,tapi orangnya yang didatangkan. Apalagi sebelum hari H sudah disebar pamflet bahwa akan ada pembagian zakat sehingga otomatis banyak orang yang tahu. Diperparah tanpa melakukan upaya koordinasi dengan aparat pemerintah dan izin kepolisian untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut. Pembagian BLT dari pemerintah yang dijaga aparat saja bisa rusuh apalagi ini yang tidak ada koordinasi. Lalu terjadilah peristiwa tersebut.
Dari sisi agama pun sebenarnya kita dianjurkan untuk menyembunyikan tangan ketika memberi. Artinya jangan sampai kita mengumbar kepada khalayak bahwa kita sudah memberi sesuatu pada si A. Atau mengumumkan di media cetak/radio jika kita pada hari X akan mengadakan acara santunan. Perbuatan yang demikian lazim disebut dengan riya. Akan menjadi sia-sia amal kebaikan yang kita kerjakan jika ada riya dibalik semua itu. Mungkin kita mendapat label orang baik,dermawan,baik hati dari masyarakat yang melihat perbuatan kita. Namun di mata Allah itu semua bullshit, nothing,tidak ada apa-apanya. Yang ada malah menambah saldo dosa kita. Selayaknya niat yang mulia itu dilakukan dengan cara yang mulia pula.
Dengan melihat kasus tersebut, menjadi tugas bagi lembaga amil zakat ( LAM ) untuk lebih menarik minat masyarakat dalam rangka menyalurkan zakatnya. Sosialisasi tentang LAM harus digencarkan lagi untuk menumbuhkan rasa percaya masyarakat terhadap LAM. Para pejabat,tokoh masyarakat,dan publik figur lainnya harus memberi contoh dengan menyalurkan zakatnya melalui LAM. Dengan langkah tersebut diharapkan masyarakat akan mengikutinya dan lalu datang ke lembaga amil zakat dan menunaikan kewajibannya sebagai orang yang mampu.
Sekarang tugas bagi aparat kepolisian mengungkap tuntas peristiwa tersebut berikut motif dibalik diadakannya acara pembagian zakat secara langsung. Sampai tulisan ini diposting polisi sudah menetapkan Farouk,anak kedua Syaikon,sebagai tersangka. Farouk dijerat pasal 359 KUHP karena dianggap lalai hingga mengakibatkan seseorang meninggal dengan ancaman hukuman 5 tahun. Ke depannya jika ada peristiwa serupa, polisi harus reaktif manakala melihat ada rombongan arus ribuan manusia yang menuju satu titik. Harus segera dicari tahu ada acara apa dan memberikan pengamanan jika memang ada potensi terjadi kerusuhan.
Tragedi Pasuruan memberi pelajaran bagi kita semua bahwa masih banyak saudara-saudara kita yang hidup di bawah garis kemiskinan. Bagi kita dan sebagian orang, duit 30 ribu mungkin sangat kecil,tapi bagi mereka sangatlah berarti. Mereka rela antri berdesak-desakan,panas-panasan demi mendapatkannya. Bahkan sampai ada yang menukarnya dengan nyawa. Semoga mereka yang meninggal mendapat tempat yang layak di sisi Tuhan.
16 September 2008
Demi Tigapuluh Ribu, Aku Mati !
Diposting oleh
masmuh
di
16.09
2
komentar
Label: renungan
08 September 2008
Teman Sejati
Teman sejati mengerti ketika kamu berkata," Aku lupa"! Menunggu selamanya ketika kamu berkata, "Tunggu sebentar"!. Dia akan tetap tinggal ketika kamu berkata," Tinggalkan aku sendiri"!. Serta akan membukakan pintu meskipun kedua tanganmu belum mengetuk.
Mencintai bukanlah bagaimana kamu melepaskan, melainkan bagaimana kamu memaafkan. Bukan bagaimana kamu mendengarkan melainkan bagaimana kamu mengerti. Bukanlah apa yang kamu lihat melainkan apa yang kamu rasakan. Bukanlah bagaimana kamu membiarkan melainkan bagaimana kamu bertahan
Lebih berbahaya mencucurkan air mata dalam hati daripada menangis tersedu-sedu. Sebab air mata yang keluar dapat dihapus,sementara air mata yang tersembunyi menggoreskan luka yang takkan pernah hilang. Dalam urusan cinta kita sangat jarang menang. Tapi ketika cinta itu tulus,meskipun kalah, kamu akan tetap merasa menang hanya karena kamu berbahagia dapat mencintai seseorang.
Akan tiba saatnya dimana kamu harus berhenti mencintai yang kamu cintai. Bukan karena yang kamu cintai itu berhenti mencintai kita,melainkan karena kita menyadari bahwa dia akan lebih berbahagia apabila kita melepaskannya.
Apabila kamu benar-benar mencintai seseorang jangan lepaskan dia. Kadang kala orang yang kamu cintai adalah orang yang paling membuat sakit hatimu. Dan kadang kala teman yang menangis bersamamu adalah cinta yang tidak kamu sadari. Atas dasar itu mungkin tak pernah ada lagi pertanyaan, "Ada apa dengan cinta"?
Diposting oleh
masmuh
di
17.04
0
komentar
Label: renungan
29 Agustus 2008
Marhaban Yaa Ramadhan
If there is a day, there must be a night
If there is a black, there must be a white
If there is a mistake, there must be forgiveness
Bila ada kata yang tak terjaga....
Bila ada janji yang terlupa....
Bila ada hati yang berprasangka....
Bila ada perilaku yang tak berkenan....
Mohon maaf lahir dan batin.
MARHABAN YAA RAMADHAN..............
Bulan dimana nafas kita menjadi tasbih, tidur kita menjadi ibadah,amal kita diterima dan demi doa yang diijabah.
Bulan agung yang diciptakan Yang Maha Agung, bulan suci yang diciptakan Yang Maha Suci.
Bulan saat dimana Alqur'an Karim diturunkan....
Sebelum cahaya surga padam, sebelum nafas kita terhenti
Sebelum pintu taubat tertutup
Sebelum Bulan suci yang beberapa saat lagi datang..
Mohon maaf lahir batin
Selamat menunaikan ibadah ramadhan 1429 h. Semoga kita dapat mengisinya dengan penuh kerendahan hati,kebersihan jiwa,kekuatan iman, dan menjadikan kita menjadi hamba Nya yang bertakwa.
AMIIN.......
Diposting oleh
masmuh
di
13.06
4
komentar
Label: Woro-woro
27 Agustus 2008
Lingkaran Kebaikan
Pada Suatu hari tampak seorang Pria sedang menelusuri sebuah jalan ditempat tinggalnya, dari balik kacamatanya Pria tersebut merasa ada yang telah mencuri penglihatannya saat itu, sudut mata itu terusik pada seseorang diseberang jalan, tampak seseorang itu sedang mengacungkan jempolnya disisi jalan, tampak jelas jempol tersebut tertuju kepada semua kendaraan di sekitar yang melintas, dengan harapan mendapatkan tumpangan untuk meneruskan perjalanan, namun dari balik kacamatanya pula Pria tersebut tidak melihat ada satupun kendaraan yang sudi menghentikan kendaraannya dan sekedar memberinya tumpangan, dengan sisa wajah yang letih seseorang tersebut melangkahkan kakinya kearah trotoar yang mungkin untuk mengistirahatkan diri, yang entah sudah berapa lama berada di sisi jalan itu, dengan yakin Pria tersebut lalu menepikan kendaraannya untuk menghampiri seseorang tersebut, setelah didekati ternyata orang yang terduduk di trotoar tersebut adalah seorang wanita, dengan wajah penuh keriput serta tongkat yang selalu setia berada disebelahnya seketika berubah ceria dan berusaha tersenyum dengan sisa tenaganya.
Setelah menepikan kendaraannya Pria tersebut bertanya
-PRIA-
"Nek, apa yang sedang Nenek lakukan disini, saat ini ?"
Lalu Nenek itu menjawab dengan lirih bahwa dia tersasar ke daerah ini dan bingung jalan pulang kerumah karena pada saat yang bersamaan tas nya kecurian ketika sedang jalan di suatu daerah.
Lalu dengan sopan Pria tersebut menawarkan diri untuk memberinya tumpangan sampai ketempat tujuan, didalam kendaraan tersebut si Nenek menanyakan nama Pria tersebut,
-NENEK-
"Nak, kalau boleh Nenek tahu, siapakah namamu ?"
-PRIA-
"Oh saya Dwight Nek"
-NENEK-
"Terima kasih ya Nak, kamu sungguh Baik sekali"
sekali lg ujar sang Nenek dalam ungkapan rasa terimakasihnya saat ini.
-PRIA-
"Oh tak apa Nek, saya sadar saya lahir dari rahim seorang Ibu yang notabene adalah seorang wanita, jadi ketika saya melihat Nenek saat itu yang sedang benar-benar membutuhkan pertolongan, hati saya merasa tergerak dan merasa bahwa saat itu adalah Ibu saya yang sedang berdiri disitu, jadi saya benar-benar ikhlas untuk membantu Nenek"
lalu tanpa sadar Pria tersebut meneteskan air mata, ingat akan Orang Tuanya yang membuatnya selalu rindu untuk selalu berada ditengah-tengah kehangatan mereka.
-NENEK-
"Sekali lagi terima kasih banyak ya Nak..."
lalu Nenek tersebut menyunggingkan senyum haru mendengar jawaban dari Pria tersebut.
Setelah berapa saat akhirnya kendaraan yang mereka naiki telah sampai disebuah daerah dimana Nenek tersebut meminta berhenti dan Berbicara kepada Pria tersebut untuk menurunkannya disini.
-PRIA-
"Dimana Nek rumahnya ?"
-NENEK-
"Tak apa Nak, Nenek turun disini saja"
-PRIA-
"tapi Nek alangkah baiknya, jika saya mengantarkan Nenek hingga kerumah ?"
-NENEK-
"Tak apa Nak, rumah Nenek sudah dekat sekali dari sini, cukup biar Nenek meneruskannya dengan berjalan hingga kedepan rumah Nenek"
dengan sangat terpaksa akhirnya Pria tersebut menepikan kendaraan dan mengabulkan permintaan Nenek tersebut untuk turun disini.
-NENEK-
"Tapi Nak sebelumnya, bagai mana Nenek membalas kebaikan yang engkau lakukan sekarang ?"
-PRIA-
"Oh..Jangan Nek, seperti tadi telah saya katakan, bahwa saya ikhlas untuk membantu Nenek yang benar-benar butuh pertolongan"
-NENEK-
"Tapi Nak...."
-PRIA-
"Baiklah, jika Nenek ingin begitu, permintaan saya cuma satu Nek...", "Apa itu Nak ?", "Saya hanya ingin Nenek melakukan hal yang sama denga saya, Nenek bantulah orang yang benar-benar butuh bantuan ketika Nenek tahu bahwa orang tersebut butuh pertolongan kita..."
lalu Nenek tersebut tersenyum dengan bahagianya mendengar kata-kata Pria tersebut dan mengangguk sebagai tanda setuju.
Suatu hari disebuah tempat makan, Tampak seorang pelayan wanita yang sedang hamil melangkah sambil membawa daftar menu di tangan kanan serta alat tulis untuk mencatat order di tangan kiri terlihat sibuk melayani tamu-tamu yang akan memesan makanan.
-PELAYAN-
"Silahkan, ini menunya..."
setelah menyodorkan menu tersbut pelayan tersebut berdiri disisi pelanggannya, tampak wanita tersebut sibuk mencatat makanan apa yang dipesan oleh tamunya itu, setelah tamu selesai mengorder makanan apa yang akan dipesannya, pelayan tersebut melangkahkan kakinya menuju dapur untuk menyampaikan orderan yang tadi dipesan oleh tamu tersebut. Sepuluh menit kemudian pesanan tamu tersebut telah selesai dan langsung dibawanya menuju meja untuk kemudian disajikan kepada pelanggan tersebut dan tidak lupa untuk selau tersenyum kepada setiap tamu rumah makan itu lalu melangkah untuk kembali mencatat order menu dari tamu-tamu yang lainnya dan terus seperti itu hingga tamu yang pertama tadi dia layani memanggilnya dan menghitung semua makanan yang telah dia pesan.
-PELAYAN-
"silahkan Nek, ini bill-nya...hmmmm...kalau boleh tahu, kenapa Nenek hanya makan sendirian disini ?, kemanakah keluarga Nenek yang lain...?"
tanpa berkata-kata, Nenek tersebut hanya menyunggingkan senyum sambil memasukan beberapa lembar uang kertas untuk membayar bill pesanannya. Lalu pelayan tersebut melangkah menuju kasir untuk menyetorkan bill pembayaran dari tamu tersebut, setelah selesai pelayan tersebut kembali menuju meja dimana tamu tersebut duduk untuk menyerahkan kembalian dari pembayaran bill makanan tadi, namun alangkah terkejutnya ketika didapati tamu tersebut telah tidak ada di tempat dan hanya menemukan secarik kertas dan sebuah amplop putih dibawahnya, masih dalam keterkejutannya pelayan tersebut membaca isi yang tertera disecarik kertas tersebut,
"Nak, sebelumnya Nenek minta maaf karena telah meninggalkan meja ini tanpa sepengetahuanmu, maaf jika isi secarik kertas ini juga telah membuatmu terkejut, sebelumnya Nenek berada dalam posisi yang mungkin akan sangat panjang jika diceritakan serta di tulis disini, namun Nenek ingat pesan seoran Pria yang telah menolong Nenek pada waktu, yang tidak mungkin juga Nenek menceritakannya disini, namun disini Nenek hanya ingin membantumu, karena hati kecil Nenek berkata bahwa kamu sedang ada pikiran, maka dari itu Nenek meninggalkan amplop putih yang berada di bawah secarik kertas ini untuk membantumu, semoga apa yang Nenek berikan ini dapat berguna bagi persalinan anak kamu kelak"
Tangan pelayan itu gemetar setelah membaca surat tersbut lalu dengan sangat hati-hati tangannya mengangkat amplop putih yang tadi berada dibawah secarik kertas tersebut, lalu di buka nya perlahan dan alangkah terkejutnya lagi pelayan tersebut setelah melihat isi dari amplop putih tersebut adalah selembar cek lengkap dengan nominal yang cukup besar untuk sebuah pemberian cuma-cuma, namun ini adalah sebuah anugrah yang datang kepadanya melalui seorang Nenek dari Tuhan YME hingga tanpa sadar air matanya jatuh mambasahi secarik kertas yang masih dipegangnya.
Malamnya, pelayan tersebut memeluk erat-erat suami yang sedang tidur disebelah dirinya itu lalu memberikan sebuah kecupan hangat dikening sambil membisikan kata-kata ditelinga
-ISTRI-
"Sayang, kamu nggak usah terlalu khawatir akan persalinan anak kita kelak, Tuhan memberikan Rezeki yang tidak terduga buat kita dan anak kita"
dan tanpa sadar air mata jatuh kembali hingga ke wajah suaminya itu lalu kembali memeluknya erat-erat, sambil membisikan kata-kata.....
"I LOVE YOU DWIGHT"...
Diposting oleh
masmuh
di
11.28
5
komentar
Label: renungan
25 Agustus 2008
Mimpi Basah
Pagi ini masih sama seperti pagi kemarin. Tetap,dingin yang menusuk tulang. Sebenarnya sangat malas untuk bangun tidur. Berhubung ada panggilan alam,rasa malas itu pun terkikis dengan sendirinya. Kuputuskan untuk menuju sungai dengan mengajak Cupez. Kutengok jam,jarumnya tepat menunjukkan angka 5.30. Sayangnya, di kali sudah ada beberapa orang yang nongkrong,ada juga yang mandi. Terbersit rasa malu ,tapi kebelet yang sangat telah mengalahkannya. Begitu ada satu orang meninggalkan posisi nongkrong yang cukup strategis,segera tempat itu saya ambil alih dan datanglah perasaan lega.Ajipppp…………
Tak lama kemudian anak-anak muncul. Ada yang mencuci mukanya sendiri ( ya iyalah,masak muka kucing ),gosok gigi,pipis. Namun ada satu pemandangan menarik. Si Vico kelihatan sangat gelisah,seakan-akan bulan depan tidak terima gaji. Soalnya yang lain sibuk ,dia tetep berdiri saja,tengok kanan,tengok kiri. Ada Apa dengan Vico ?
Ternyata ia lagi pengen mandi,jadi malu-malu gitu dech. Hebat juga anak ini,dingin-dingin berani mandi. Kenapa juga ga nunggu agak siang sedikit. Kalo saya pribadi dan teman-teman yang lain sudah sepakat,tidak akan mandi. Langsung pikiran saya mencoba menerka-nerka,pasti Vico tidak sedang mandi biasa. Ada something yang wrong pada dirinya. Dan ternyata perkiraan saya itu benar. Si Vico nanti akhirnya mengaku juga.
Selesai melakukan ritual pagi di kali, kami kembali ke rumah. O,ya , ini adalah hari terakhir kami di baduy. Menurut rencana yang ada,kami akan kembali ke jakarta selesai sarapan. Dua malam yang sangat berkesan ,penuh kenangan akan segera berakhir. Yach,itulah perjalanan ada awal ada akhir,tak ada yang abadi. Setiap pangkal pasti ada ujungnya. Selalu ada akhir dari setiap permulaan.
Kami ngobrol-ngobrol saja sembari menunggu masakan matang. Saat itulah anak-anak tanggap dengan perilaku Vico. Dan mulailah pertanyaan itu dihujamkan. Sangat tepat sasaran dan dia tidak bisa mengelak. Senyam-senyum sebelum akhirnya kata itu keluar.”Aku tadi malam mimpi basah”. Kontan saja anak-anak semua tertawa dan langsung menjadi bahan olokan. Tapi dia gak mau ngomong tentang mimpinya,rahasia katanya,off the record. Tapi ada yang nyletuk tentang apa yang menjadi mimpinya. Si Vico mimpi anunya dipegang cewek baduy dan langsung dech basah celananya ( wow,cepat sekali). Ha … ha…aya aya wae.
Setelah selesai ngobrolnya kami lalu menyantap sarapan yang sudah tersedia,tentunya dengan lauk yang tidak pernah berubah dari pertama kali datang. Berkemas-kemas,foto-foto dengan pak idik dan akhirnya pergi untuk kembali ke jakarta. Tak lupa mengucapka terima kasih kepada pak idik atas kesediaanya menampung kami selama berada di gajeboh. Sebenarnya kami juga pengen minta maaf pada bapak tua yang marah,namun tidak jadi karena masih takut (hi…hi…nanti masih ingat ga ya kalo ke baduy lagi dan ketemu )
Di tengah jalan, si Vico kembali gelisah. Pastinya bukan karena sedang mimpi basah. Dia sedang menahan,pengen beol katanya. Mencoba bertahan untuk dikeluarkan di Ciboleger bukan keputusan yang bijak. Takutnya nanti malah keluar di jalan,tambah repot. Dia lalu mencari semak belukar untuk melepaskan hajatnya. Sempat juga tak tawari apakah perlu dokumentasi untuk hal itu dan dijawab tidak( basa-basi saja kok,lagian kurang kerjaan banget motoin dia,pas beol lagi ).
Sampai di Ciboleger kami semua istirahat di rumah pa Mas'ud,sambil menikmati kopi panas dan menunggu angkutan ke rangkasbitung ada dan siap berangkat. Pak masud kemudian memberitahu angkotnya sudah ada dan siap berangkat membawa kami ke rangkaa bitung. Ah,perjalanan itu akhirnya memang benar-benar selesai. Terima kasih baduy atas sambutannya. Kami akan kembali lagi suatu saat nanti. Masih banyak tempat yang akan kami kunjungi. Selamat tinggal dan terima kasih sekali lagi.
Diposting oleh
masmuh
di
16.26
4
komentar
Label: Adventure
22 Agustus 2008
Baduy Dalam:Pak Tua yang Marah dan Tanjakan Muntah
Wrrrr...rrrrr, udara dingin membangunkan saya di pagi yang belum sempurna. Pukul 4 pagi. Suara kokok ayam terus berbunyi memberitahukan bahwa malam sudah berlalu. Awalnya saya dan teman-teman berpikir,ini alarm hp siapa ya? Ternyata baruh ngeh,itu suara ayam betulan. Rasa malas membekap tubuh yang masih ingin tetap terbaring. Tapi si Cupez mengajak ke sungai,kebetulan saya juga ingin segera mengeluarkan sesuatu yang mengganjal di dalam perut. Panggilan alam telah datang. Akhirnya semua bangun dan ikut ke sungai, segera saya cari posisi strategis untuk jongkok. Untungnya masih gelap jadi tidak malu kalo dilihat orang. Setelah menemukan posisi yang tepat, akhirnya "bret........t.tttttttttttttttttt....". Alhamdulillah, lega rasanya.
Setelah beres,kami kembali ke rumah dan menunaikan sholat Subuh. Inginnya sih tidur lagi,tapi si Udin,Muktee,dan Cupezz ngajak foto-foto. Dengan kamera saku yang lampu blitznya sudah mati,saya ikut saja. Objeknya di sekitar jembatan bambu. Pret....pret... sudah mulai acara foto-fotonya sampai akhirnya ada pak tua yang menghampiriku. Kirain mau apa, ternyata eh ternyata..marah - marah!!!. Dalam bahasa sunda si bapak ini berujar,"esuk-esuk jeprat-jepret,baralik kaditu". Aku yang tidak begitu paham bahasanya cuma bisa bilang, maaf,maaf,dan maaf. Sambil menuju ke anak-anak. Kami balik ke rumah,dia nyegat di gang samping rumah sambil mengucap kata yang sama dengan mimik muka orang yang sedang marah besar. Kami cuma bisa bilang maaf,maaf,dan maaf untuk kedua kalinya. Busyet, padahal perasaan pas tidur tidak mimpi apa-apa lho.
Sampai di rumah,kami memperbincangkan masalah itu dengan teman-teman sambil mencari tahu kira-kira apa sih yang membuat pak tua itu marah. E ,,lagi ngomong,si bapak datang lagi dan sekali lagi mengucap kata yang sama.Berarti itu untuk yang ketiga kalinya. Ashari yang menguasai bahasa sunda datang dan berucap ,"punten pak,moal sekali-kali deui",sambil si bapak pergi. Mau ga mau,kami lapor ke pak Idik dan ternyata memang bapak tadi tidak suka bila orang mengambil foto di sekitar rumahnya. Lain kali kalo mau foto,waktunya jangan pagi-pagi. Uh, baru tahu kita.
Anyway, setelah sarapan pagi ( lagi-lagi dengan lauk yang sama),kami dengan pak masud sebagai penunjuk jalan berangkat menuju baduy dalam. Katanya sih sekitar 3 jam-an gitu. Ditambah medan yang tidak semakin ringan malah lebih keras lagi dan dijamin membuat lelah badan. Tanjakannya bo', membuat keringat tak henti-hentinya menetes. Si Muktee sudah mulai mengeluh,capek dan pengen balik turun. Sampai akhirnya ketika sedang beristirahat di ujung tanjakan,dia muntah!!! Gawat nih,hampir semua hasil sarapannya sukses keluar dari perutnya. Putus asa,sambil mata memandang kosong ke depan,diselingi dengan ledekan anak-anak, jadilah penderitaannya menjadi klop. Dia pengen turun!! Siapa yang mau nganter ? Cupez dengan gagah berani menawarkan dirinya untuk menemani muktee turun,balik ke gajeboh. Terjadi tarik ulur dan perang batin yang dahsat,antara balik atau terus naik. Ditambah ancaman dari si udin untuk mendelete kedua nama itu dari contact list-nya. Sampai akhirnya,kata itu terucap."Aku ikut naik",kata si Muktee. Hore...........
Ternyata setelah peristiwa muntah muktee tadi dikonfirmasi ke pak idik,memang di tempat itu sering terjadi orang atau tamu yang muntah ketika pengen ke baduy dalam. Ga ngerti apa sebabnya soalnya belum ada penelitian secara medis. Apakah pengaruh ketinggian atau faktor yang lain. Jadilah akhirnya oleh kami,nama tanjakan itu diberi nama dengan sebutan "Tanjakan Muntah".
Finally,kami semua sampai di kampung Cibeyo,satu dari tiga kampung tempat orang baduy dalam tinggal. Di sini kami melihat ada perbedaan yang cukup menonjol antara badui dalam dan badui luar. Dari cara berpakaian sudah terlihat perbedaan. Orang baduy luar umumnya sudah memakai bawahan model celana pendek,kadang pakai kaos oblong atau baju. Tapi orang baduy dalam selalu memakai ikat kepala warna putih,bawahan hanya kain yang dililitkan seperti sarung sebatas lutut yang disebut samping. Atasannya adalah pakaian yang warnanya polos hitam atau putih bagi laki-laki,dan putih bagi yang perempuan. Sedangkan bentuk rumah,kalau di badui luar ada semacam teras,memakai paku. Di badui dalam,rumahnya tidak ada terasnya hanya.Kemudian tidak ada paku sebagai penguat diantara pilar-pilarnya,hanya memakai pasak atau diikat dengan rotan. Sayang sekali,di sini tidak diperbolehkan mengambil gambar. Beda dengan orang baduy luar yang masih mengizinkan untuk mengambil gambar ( kecuali si bapak tua yang marah itu ).Orang baduy dalam juga terkenal sebagai pejalan kaki yang tangguh. Kalau mereka bepergian selalu berjalan kaki karen tidak diperbolehkan naik kendaraan. Mereka kalo ke Jakarta memakan waktu 2 hari perjalanan. Pernah juga ada yang sampai Bandung dengan waktu tempuh 5 hari. Lain dengan baduy luar,mereka boleh naik kendaraan kalo mau bepergian.( Kalo saya mending naik pesawat dari pada jalan kaki )
Di badui dalam,kami bertemu dengan pak Nalim. Tak lupa kami mencari pernak-pernik dan aksesori buatan badui,seperti gelang,cincin,gantungan kunci dll. Pak nalim lalu menawarkan kepada kami untuk istirahat di rumahnya sambil dia membuat gelang yang langsung dipasang di tangan. Ternyata tidak ada kamar untuk tidur,seperti rumah pak idik. Yang ada hanya satu ruangan itupun untuk dapur dan ruang untuk tidur.Kalo misalnya kita nginap di situ,pastinya kita tidurnya satu ruang sama tuan rumahnya. Sambil menikmati manisnya gula aren,saya melihat kelihaian tangan pak nalim membuat gelang di tangan ari.Sayang pak nalim harus segera ronda jadi saya tidak ikut dibuatkan gelang. Yah...
Setelah cukup dan takut kehujanan di jalan,kami lalu kembali ke gajeboh. Puas karena rasa ingin tahu tentang badui dalam sudah terpenuhi.Kami mampir di Cipelar dan singgah di warung. Karena sangat haus,minuman sejenis rootbeer sebanyak setengah dus habis kali lahap. Sebagai pengganjal lapar,kami makan indomei kering. Nikmatnya. Selesai beristirahat kami meneruskan perjalanan. Tak terasa kami sudah sampai lagi ke gajeboh.Karena pak idik tidak ada,kami lalu menuju ke warung,cari makan dan minum. Ajip..............
Malamnya kami ngobrol banyak hal dengan pak idik tentang baduy dan hal-hal yang melingkupinya.Tak lupa juga curhat tentang sandal yang hilang pas malam pertama. Sambil klekaran,melawan kantuk yang mulai melancarkan serangan sporadisnya,mendengarkan uraian dari pak idik. Bak seorang dosen memberi mata kuliah kepada para mahasiswanya. Sampai akhirnya kami memutuskan untuk segera menyambut panggilan dewi malam yang sudah bersiap memeluk tubuh lelah kami dengan mimpinya. Dan mimpi itu benar-benar ada.
Diposting oleh
masmuh
di
17.22
2
komentar
Label: Adventure
Gajeboh: Kampung yang Strategis
Setelah menempuh perjalanan lebih kurang 2,5 jam,kereta berhenti di tujuan akhirnya yaitu stasiun Rangkasbitung. Lega rasanya ketika tahu bahwa kami sudah sampai. Masih ada rasa penat yang tersisa. Sesuai rencana awal, kami akan terlebih dahulu belanja membeli keperluan selama menginap di Baduy. Kebetulan pasarnya terletak tepat ketika kita keluar dari stasiun. Ashari,Udin dan saya masuk ke dalam pasar dan mulai searching beras. Setelah puter-puter ( masuk di blok pasar ikan ) kami menemukan pedagang beras yang dicari. Tersedia 4 macam beras dan semuanya ditawarkan. Lalu dengan pedenya kami memilih beras yang paling mahal, 3800 rupiah per liternya ( yang paling murah 3500),dengan prinsip ono rego ono rupo (intinya, harga sesuai kualitas,sebanyak 10 liter. Selain beras, yang kami beli adalah rokok cap Gentong ( paling enak di banten katanya ),kopi instan,mie rebus,gelas,piring dan saos. Serta tidak lupa lauk yang paling enak dan sedap se dunia, yaitu ikan asin. Tidak tanggung-tanggung belinya sodara,kami belinya 1 kilogram. Ada kejadian lucu saat kita beli beras. Terjadi dialog antara si Udin ( U ) dan si Penjual Beras ( PB ),begini kira-kira :
U :"ATM mas, tempat ambil uang "
PB:"Oh, kalo ambil uang di Bank,mas "( Gubrakkkkk..................)
U :"Ooooo...di bank ya..."!!!
Sebuah gap pengetahuan yang layak kita prihatinkan, Bank Indonesia harus sering-sering buat iklan tentang ATM nih. Sudahlah,.... !!
Kira-kira 1,5 jam perjalanan, kami semua sampai di Ciboleger. Ciboleger adalah gerbang utama masuk ke desa adat Baduy yang legal. Sebetulnya selain dari Ciboleger, ada pintu masuk yang lain namun ilegal karena tidak lapor ke Jaro( kepala desanya Baduy ), yaitu lewat Bojong Manik. Langsung masuk ke Baduy dalam, kampung Cikesik ( baduy dalam hanya ada 3, lainnya adalah Cibeyo dan Cikertawarna ). Kami sudah punya rencana akan menyambangi Cikesik lewat Bojong Manik, menunggu saat yang tepat saja.
Setelah duduk sejenak dan ngobrol dengan pak polisi yang sedang mempersiapkan upacara 17 an,kami menemui Pak Masud ( sebelumnya lupa namanya ). Beliau ini dulu yang memandu waktu saya pertama kali datang ke sini. Kebetulan si bapak lagi kongkow di warung, sekalian saja kita beli air mineral untuk stok. Lalu kami transit dulu di rumah P Masud sambil ngopi dan memulihkan tenaga sebelum melakukan perjalanan memasuki kawasan adat desa Baduy. Setelah semua siap, kami semua berangkat menuju kampung baduy. Sebelumnya kami (dan semua orang yang ingin bertamu ) menemui Jaro. Jaro adalah pemimpin semua kampung Baduy secara administratif, bukan pemimpin adat. Sedangkan pemimpin adatnya disebut Pu'un ( nulisnya ga ngerti). Kami menulis di buku tamu, akan menginap di mana,tujuan bertamu, dan berapa hari akan tinggal. Tak lupa disisipkan uang seikhlasnya( tidak ada tarif resminya). Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan melintasi tanjakan,turunan,menuju kampung Gajeboh. Jalannya lumayan menyita tenaga karena daerahnya adalah tipikal pegunungan. Namun karena semangat yang tinggi rasa lelah tidak kami pedulikan. Rasa lelah seolah hilang ketika menyaksikan anak-anak baduy yang walaupun masih kecil namun kuat sambil jalan dan membawa barang-barang yang akan dijual di warung milik orang tua mereka atau warung yang telah menyuruh mereka untuk membawakan barang-barang mereka. Rasa malu itu tetap ada.
Setelah berjalan sekitar 1,5 jam, akhirnya kami sampai di kampung Gajeboh. Gajeboh adalah salah satu kampung dari 70 kampung Baduy luar. Total kampungnya sendiri ada 73 kampung termasuk 3 kampung baduy dalam yang disebut di atas tadi. Letakknya sangat strategis karena dekat dengan sungai,sehingga mau mandi,ambil wudhu,atau buang air sangat mudah. Kami menuju ke rumah pak Idik. Rumah ini juga yang dulu saya tempati selama 1 malam. Pak Idik sendiri adalah RT di kampung tersebut. Syukurlah, waktu itu beliau tidak sedang menerima tamu sehingga kami dapat tinggal di rumah tersebut. Dengan keramahan Baduy beliau menyambut kami dan masih ingat kalo saya dan Ari pernah ke situ. Lalu barang - barang yang kami beli diserahkan kepada tuan rumah untuk diolah. Kami beritahukan bahwa kami akan makan di situ sebanyak 4 kali makan.
Hari semakin gelap,tanda malam akan datang mengganti siang. Kami pergi ke sungai untuk sekedar membersihkan badan tapi bukan mandi. Belum berani untuk mandi karena dingin. Cuma cuci muka dan gosok gigi. Perlu diketahui bahwa di kampung Baduy tidak ada fasilitas listrik dan sinyal HP. Praktis penerangan hanya mengandalkan lampu teplok dan lilin. Bukan berarti pemerintah tidak peduli,tapi memang begitulah kemauan orang Baduy. Mereka sendiri yang tidak mau menerima aliran listrik. Kehidupan mereka tergantung dari pertanian dan menjual kerajinan tangan mereka kepada para tamu. Ada yang membuat tenun, gelang,gantungan tas,asbak dll. Saat kami datang para orang tua dan anak-anak sedang sibuk menyiapkan ladang untuk bertanam padi.
Setelah makan malam, dengan menu mie rebus dan ikan asing,kami ngobrol-ngobrol dengan Pak Idik. Bertanya tentang Baduy. Salah satu pertanyaan adalah mengapa dibedakan antara baduy dalam dan baduy luar. Menurut penjelasan Pak Idik,memang dari dulu sudah dibedakan seperti itu. Baduy dalam adalah intinya karena para Pu'un itu berasal dari Baduy Dalam. Pu'un lah yang memimpin upacara adat,dia juga yang menentukan kapan waktu untuk mulai berladang. Disamping itu,salah satu fungsi Baduy luar adalah sebagai tempat pengasingan bagi orang Baduy dalam apabila mereka melanggar adat. Agama orang Baduy adalah Sunda wiwitan. Mereka menyebut Tuhan mereka sebagai Pangeran.Orang baduy juga mengenal dosa,surga dan neraka. Jika mereka melanggar adat,maka berarti mereka berbuat dosa. Jika mati,kalo dosanya banyak maka akan masuk neraka,begitu juga sebaliknya.
Menarik sekali dialog yang kami lakukan. Sayang rasa kantuk yang menyerang menyudahi perbincangan malam itu. Kami semua mengambil posisi masing-masing untuk bersiap tidur. Sambil membayangkan apa yang akan kami lakukan besok pagi. Dewi malam membelai kami dalam suasana yang sangat hening,sunyi,jauh dari bising khas Jakarta. Hhhuahhhhh....angin baduy menjadi teman tidur kami...
Selengkapnya......
Diposting oleh
masmuh
di
16.26
0
komentar
Label: Adventure